PORTAL JOGJA – Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida mengatakan, potensi bahaya Gunung Merapi saat ini berupa guguran lava, lontaran material dan awan panas.
Hal itu diungkapkan Hanik Humaida Kamis 26 November 2020 kemarin usai melakukan pengamatan Gunung Merapi melalui udara. Seperti diunggah akun Instagram BPPTKG, Hanik menyebutkan bahwa lontaran material vulkanik dapat terjadi apabila terjadi erupsi eksplosif.
Sementara jika terjadi awan panas, diperkirakan dapat menjangkau sejauh maksimal 5 km dari puncak Gunung Merapi.
Baca Juga: Ada Sepeda yang Disita KPK Terkait Dugaan Kasus Suap Edhy Prabowo, Berapa Harganya?
Lebih jauh Hanik menyebutkan, dari pemantauan udara terlihat jejak-jejak material guguran di sisi barat, yaitu di Lava (sisa erupsi tahun) 1998 yang mengarah ke hulu Kali Senowo dan Kali Lamat, serta di Lava (sisa erupsi tahun) 1948.
Pengamatan visual Gunung Merapi melalui udara adalah metode yang paling mudah dan sederhana. Namun saat terjadi krisis, dapat terkendala karena akses yang berbahaya untuk mendekati puncak.
Oleh karena itu, Kepala BPPTKG Hanik Humaida berkoordinasi dengan instansi yang bergerak di bidang mitigasi bencana Gunung Merapi, yaitu BPBD DIY, BPBD Sleman, Polda DIY, Bidang Pengairan BBWSSO dan Dinas Kominfo DIY.
Baca Juga: Update Covid-19 DI Yogyakarta Tambah 103 Kasus Baru, Gunungkidul Tak Ada Data Kasus Baru
Terkait potensi bahaya Merapi, Hanik merekomendasikan Pemerintah Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Klaten agar mempersiapkan segala sesuatu yang terkait dengan upaya mitigasi bencana akibat letusan Gunung Merapi yang bisa terjadi setiap saat.***