Menikmati Pemandangan Abad Kesebelas di Candi Gunung Kawi Tampaksiring Bali

- 26 Februari 2023, 05:43 WIB
Kompleks situs Candi Gunung Kawi Tampaksiring.
Kompleks situs Candi Gunung Kawi Tampaksiring. /BPCB Bali /

 

PORTAL JOGJA - Candi Gunung Kawi Tampaksiring adalah salah satu bukti bahwa Bali tidak hanya menawan pada alamnya yang asri, tetapi juga peninggalan sejarah budaya peradaban Hindu yang sangat kentara.

Letaknya di Banjar Panaka, Desa Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali. Merupakan daerah yang memang cukup tenang di Bali. Perlu diketahui bahwa di Kabupaten Gianyar terdapat tiga Gunung Kawi. Namun, yang menjadi objek percakapan para arkeolog Indonesia dan dunia adalah Candi Gunung Kawi Tampaksiring.

Dari Kota Denpasar, Candi Gunung Kawi Tampaksiring berjarak lebih kurang 40 kilometer arah timur laut.

Dibilang unik tersendiri karena bangunan candinya diukir atau dipahat di tebing-tebing Sungai Pakerisan. Dan juga mempunyai gugusan candi tebing yang tidak ditemukan di daerah lain kecuali di India Selatan.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Wisata di NTB, dari Sirkuit hingga Desa Wisata 

Secara umum, Candi Gunung Kawi Tampaksiring merupakan komplek situs arkeologi peninggalan Bali Aga yang telah ditemukan sejak 1920. Komplek ini disakralkan oleh masyarakat Bali sehingga ketika memasuki komplek, pengunjung wajib mengenakan kain penutup yang disediakan pengelola.

Komplek candi sendiri sudah bisa dilihat dan dinikmati setelah menuruni 315 anak tangga yang diapit dua tebing batu di Sungai Pakerisan.

Menurut para arkeolog, tempat ini merupakan peninggalan peradaban abad ke-11 sebagai Pura Padharman Raja Udayana. Artinya pura ini untuk mendarmakan atau menstanakan roh suci atau Dewa Pitara keluarga Raja Udayana.

Tempat ini juga disebut Gunung Kawi karena yang dikawi atau diukir adalah lereng gunung di tepi Sungai Pakerisan. Konon, candi-candi yang menempel pada lereng tersebut diukir oleh Kebo Iwa. Ia adalah seorang ahli bangunan pada zaman pemerintahan Raja Udayana. Kebo Iwa mengukir candi-candi tersebut hanya dengan menggunakan kukunya.

Halaman:

Editor: Chandra Adi N

Sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x