PORTAL JOGJA - Kotagede, sebuah kawasan di perbatasan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul memang menyimpan kekayaan budaya yang begitu besar. Sebagai bekas pusat Kerajaan Mataram Islam, banyak terdapat bangunan bersejarah yang kini menjadi bangunan cagar budaya di Kotagede.
Selain itu, Kotagede juga dikenal sebagai sentra kerajinan perak. Belum lagi kalau kita menyebut makanan khasnya. Salah satu makanan tradisional khas di Kotagede, selain makanan kipo dan yangko adalah Legamara atau orang menuliskan Legomoro.
Legamara sangat mirip dengan lemper. Ya, bahan dan proses memasaknya sama persis dengan lemper. Namun yang membedakan adalah kemasan atau bungkusnya.
Baca Juga: BERITA BAIK: 30.000 Lebih Pasien Covid-19 Indonesia Sembuh
Sama-sama dibungkus daun pisang, namun lemper biasa dikemas menyerupai lontong kecil dan disemat dengan lidi. Sedangkan legamara, dibungkus dengan daun pisang, namun diikat dengan tali dari bambu yang disebut tutus.
Konon, legamara yang berasal dari bahasa Jawa yakni lego (lega) dan mara (datang) itu memiliki makna kadatangan yang membawa kelegaan hati, atau bisa juga datang dengan hati yang lega.
Dulu, legamara tidak dijual bebas di pasar-pasar. Legamara hanya dibuat saat orang menggelar hajatan atau waktu-waktu tertentu saja, seperti misalnya pernikahan.
Baca Juga: Bagi Yang Suka Gaya Simple, Bergo Tetap Jadi Pilihan
Dengan menyuguhkan legamara pada para tamu, mengandung makna bahwa si empunya hajat (tuan rumah) hatinya lega atau senang karena anaknya akan segera menikah.
Ada kalanya legamara dibuat sebagai salah satu unsur jajan pasar dalam prosesi seserahan pernikahan dari mempelai pria kepada mempelai wanita. Maknanya sama, kedatangan keluarga mempelai pria adalah dengan kelegaan dan keikhlasan hati.