Tradisi Membagikan Bubur Samin Khas Banjar Menjelang Berbuka di Masjid Darussalam Kota Solo

- 11 April 2023, 20:50 WIB
Masyarakat mengantri bubur samin yang dibagikan di Masjid Darussalam, Jayengan, Serengan, Kota Solo.
Masyarakat mengantri bubur samin yang dibagikan di Masjid Darussalam, Jayengan, Serengan, Kota Solo. /surakarta.go.id /

PORTAL JOGJA- Bulan Ramadan merupakan bulan yang selalu ditunggu-tunggu oleh seluruh umat Islam di seluruh dunia. Begitu banyak kegiatan positif yang dapat dilakukan di bulan penuh kebaikan ini tentu menambah semarak dan kekhidmatan dalam menapaki hari demi hari hingga menuju hari kemenangan.

Selain kegiatan keagamaan yang menghiasi bulan suci ini, salah satu yang paling ditunggu-tunggu yaitu kuliner takjil khas Ramadan. Di Kota Solo, ada satu sajian kuliner takjil yang dikenal dengan sebutan bubur samin dan hanya bisa ditemukan di Masjid Darussalam, Kampung Jayengan Kidul RT. 03 RW. VIII, Kelurahan Jayengan, Kecamatan Serengan, Kota Solo, Jawa Tengah.

Bubur dengan cita rasa gurih yang terbuat dari beras, daging sapi, susu, rempah, dan santan ini menjadi makin istimewa karena diolah dengan resep khusus yaitu minyak samin dengan ciri khas warna kekuningan. Dibagikan secara gratis oleh takmir Masjid Darussalam menjelang berbuka puasa.

Baca Juga: Pemkab Sleman Gelar Operasi Pasar Murah, Gelar UMKM dan Pasar Lebaran

Pembuatan bubur ini dimulai sejak pagi dengan meracik bumbu-bumbu yang digunakan dan mulai diolah oleh juru masak andalan masjid sekitar pukul 11.30 WIB hingga 15.00 WIB. Biasanya dalam sehari, bubur ini membutuhkan sekitar 45-50 kg beras untuk 1.000 porsi.

Karena kelezatan yang ditawarkan dan nuansa khas yang disajikan, bubur ini banyak diburu oleh masyarakat. Tak hanya dari Kota Solo saja, warga Soloraya seperti Karanganyar, Sukoharjo, Boyolali, hingga Klaten juga banyak yang berbondong-bondong pergi ke Kota Solo untuk menemukan bubur ini sebagai menu takjil.

Biasanya setiap menjelang asar sekitar pukul 16.00 WIB hingga adzan maghrib berkumandang, warga mulai berdatangan membawa tempat makan sendiri dan mulai memenuhi area masjid untuk antre sembari mendengarkan alunan tembang doa takmir masjid.

Dibalik eksistensinya, bubur legendaris ini sebenarnya bukanlah makanan yang berasal dari Kota Bengawan. Jauh dari Kota Solo, bubur ini merupakan kuliner yang berasal dari Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, yang merupakan makanan biasa yang mudah ditemukan dan tidak harus menunggu saat Ramadan tiba. Hal ini karena di Kota Banjarmasin, setiap harinya pasti ada penjual yang menjajakkan bubur ini sehingga bubur samin juga dikenal dengan bubur khas Banjar.

Namun berbeda ketika di Kota Solo, bubur ini tidak akan semudah itu ditemukan karena ada sejarah dibalik kehadirannya di kota ini. Dahulu sekitar 1907 banyak saudagar dan perajin batu mulia serta pendatang dari Kota Martapura yang merantau ke Kota Solo. Mereka kemudian mendirikan langgar atau musala di Jayengan dengan dinding yang terbuat dari anyaman bambu.

Di situlah perantau Martapura ini kemudian terus berkembang. Hingga akhirnya pada tahun 30-an, langgar atau musala yang sekian lama telah berdiri dan digunakan untuk berbagai aktivitas keagamaan, kemudian dibangun kembali menjadi sebuah masjid dengan dinding tembok. Masjid ini kemudian dikenal dengan nama Masjid Darussalam seperti saat ini.

Halaman:

Editor: Chandra Adi N

Sumber: surakarta.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x