Network
PORTAL JOGJA - Film "Cell" merupakan adaptasi dari novel berjudul sama yang ditulis oleh Stephen King. Dirilis pada tahun 2016, film ini disutradarai oleh Tod Williams dan dibintangi oleh aktor ternama seperti John Cusack dan Samuel L. Jackson.
Meskipun memiliki premis yang mirip dengan film-film zombie pada umumnya, "Cell" menawarkan cerita yang lebih mendalam dan menggali sisi psikologis dari kemanusiaan.
Alur Cerita
Cerita dimulai ketika Clayton Riddell (diperankan oleh John Cusack), seorang artis dari Maine, baru saja menyelesaikan kesepakatan besar di Boston. Di tengah perayaan kecilnya, sebuah bencana tiba-tiba terjadi.
Baca Juga: Event Hari ini di Yogyakarta, Rizky Febian dan Mahalini Manggung di Sportorium UMY
Semua orang yang menggunakan ponsel tiba-tiba menjadi gila dan mulai menyerang orang lain. Fenomena ini disebabkan oleh sinyal yang disebut "The Pulse" yang ditransmisikan melalui jaringan seluler, mengubah penggunanya menjadi makhluk yang haus akan kekerasan.
Dalam upaya untuk bertahan hidup dan menemukan keluarganya, Clay bergabung dengan Tom McCourt (Samuel L. Jackson) dan beberapa penyintas lainnya. Mereka bersama-sama berusaha untuk keluar dari kota dan mencari tempat yang aman dari serangan para "Phoner" - sebutan bagi mereka yang terpengaruh oleh The Pulse.
Seiring berjalannya waktu, kelompok penyintas ini menyadari bahwa para Phoner bukan sekadar makhluk gila yang tidak berpikir. Mereka memiliki pola perilaku tertentu dan sepertinya dipimpin oleh sesuatu yang lebih besar. Misteri ini memandu Clay dan kawan-kawannya dalam perjalanan mereka, yang diwarnai dengan keputusasaan, harapan, dan pengorbanan.
Review
Film "Cell" bukan hanya sekadar film horor atau film bertahan hidup. Di balik serangan para Phoner, ada pesan mendalam tentang ketergantungan manusia terhadap teknologi, khususnya ponsel. Stephen King, melalui ceritanya, ingin menyampaikan betapa rentannya manusia jika teknologi yang mereka andalkan sehari-hari berbalik melawan mereka.
Selain itu, "Cell" juga mengajukan pertanyaan tentang apa yang sebenarnya membuat seseorang menjadi manusia. Apakah itu kesadaran? Perasaan? Atau sesuatu yang lebih dalam? Melalui perjalanan Clay dan kawan-kawannya, kita diajak untuk merenung tentang esensi kemanusiaan dan apa yang terjadi jika itu hilang.
Baca Juga: Peringati Hari Batik, 1000 Prajurit TNI di Yogyakarta Membatik Pecahkan Rekor Muri
