PORTAL JOGJA - Buntut dari invasi Rusia ke Ukraina yang telah memasuki lebih dari tiga pekan ini belum ada tanda-tanda bakal mereda.
Sebaliknya ketegangan antara Rusia dengan negara Barat terutama Eropa bersama Amerika Serikat (AS) semakin meningkat.
Negara Barat tela menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Rusia. Sementara itu Moskow diketahui merupakan pengekspor terbesar energi baik minyak dan gas di Eropa.
Rusia berencana mengganti mata uang yang digunakan dalam penjualan gas ke negara-negara "tak bersahabat" dengan rubel, kata Presiden Vladimir Putin, Rabu (23/3).
Pernyataan itu dikeluarkan Putin untuk merespons pembekuan aset Rusia oleh negara-negara lain sebagai sanksi atas agresi militernya di Ukraina.
Putin menyebut pembekuan itu telah menghancurkan kepercayaan Moskow.
Ketergantungan negara-negara Eropa pada gas dan komoditi lainnya dari Rusia telah menjadi sorotan masyarakat internasional.
"Rusia akan terus, tentu saja, memasok gas alam sesuai volume dan harga… yang ditetapkan dalam kontrak yang disepakati sebelumnya," kata Putin dalam rapat kabinet yang disiarkan televisi.
"Perubahan hanya akan mempengaruhi mata uang pembayaran, yang akan diganti dengan rubel Rusia," katanya.